Felix Prastiyan Budi Sunarno
Selasa, 28 Mei 2013
Menjadi Pendidik Bangsa
foto ini diambil bukan hanya sekedar kenang-kenangan saja, tetapi lebih dari itu foto ini merupakan saksi bisu bagi kita yang tengah berjuang demi suatu pengabdian untuk turut serta menjadi para pencerdas bangsa dan negara Indonesia.
GUNUNG KRAKATAU
GUNUNG KRAKATAU
Krakatau adalah kepulauan vulkanik yang masih aktif dan berada di Selat Sunda antara pulau Jawa
dan Sumatra. Nama ini pernah disematkan pada satu puncak gunung
berapi di sana (Gunung Krakatau)
yang sirna karena letusannya sendiri pada tanggal 26-27 Agustus 1883. Letusan itu sangat dahsyat, awan panas dan tsunami yang diakibatkannya menewaskan
sekitar 36.000 jiwa. Sampai sebelum tanggal 26 Desember 2004, tsunami ini adalah yang terdahsyat di
kawasan Samudera Hindia. Suara
letusan itu terdengar sampai di Alice Springs, Australia dan Pulau Rodrigues
dekat Afrika, 4.653 kilometer. Daya ledaknya diperkirakan
mencapai 30.000 kali bom atom yang diledakkan di Hiroshima dan Nagasaki di akhir Perang Dunia II.
Letusan Krakatau menyebabkan perubahan iklim global.
Dunia sempat gelap selama dua setengah hari akibat debu vulkanis yang menutupi atmosfer. Matahari bersinar redup sampai setahun berikutnya.
Hamburan debu tampak di langit Norwegia hingga New York.
Ledakan Krakatau ini sebenarnya masih kalah
dibandingkan dengan letusan Gunung Toba dan Gunung Tambora di Indonesia, Gunung Tanpo
di Selandia Baru dan Gunung Katmal
di Alaska. Namun gunung-gunung tersebut meletus jauh pada masa ketika populasi manusia masih sangat
sedikit. Sementara ketika Gunung Krakatau meletus, populasi manusia sudah cukup
padat, sains dan teknologi telah berkembang, telegraf sudah ditemukan, dan kabel bawah laut sudah dipasang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat itu teknologi informasi sedang
tumbuh dan berkembang pesat.
Tercatat bahwa letusan Gunung Krakatau adalah bencana
besar pertama di dunia setelah penemuan telegraf bawah laut. Kemajuan tersebut,
sayangnya belum diimbangi dengan kemajuan di bidang geologi. Para ahli geologi saat itu bahkan belum mampu
memberikan penjelasan mengenai letusan tersebut.
TES ESAI
TES
ESAI
MENYIAPKAN
TES ESAI
Pada tes tertulis yang juga termasuk sebagai kelompok
evaluasi menggunakan papers and pencils menurut bentuk itemnya dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu tes esai dan tes objektif.
Untuk
tercapainya tujuan evaluasi didalam kelas, menurut cross (1982), ada minimal 7
langkah persiapan yang perlu dilakukan oleh seorang guru. Ketujuh langkah
tersebut, yaitu :
1.
Mengidentifikasi tujuan intruksional
yang hendak dievaluasi,
2.
Mengembangkan kisi-kisi kerja atau tabel
spesifikasi yang menunjukkan persentase item-iten untuk setiap tujuan dan
cakupan isi,
3.
Mendaftar semua isi pelajaran yang
tercakup dalam silabus yang telah diberikan selama proses pembelajaran,
4.
Memilih atau mengkonstruksi item-item
dan menyusunnya dalam sebuah tes,
5.
Menyelenggarakan ulangan kepada siswa
dengan menggunakan tes yang telah disusun,
6.
Menganalisis hasil tes yang telah
dilakukan, dan
7.
Membuat laporan sebagai masukan para
pengambil keputusan.
Secara
ontologis tes esai adalah salah satu bentuk tes tertulis, yang susunannya
terdiri atas item-item pertanyaan yang masing-masing mengandung permasalahan
dan menuntut jawaban siswa melalui uraian-uraian kata yang merefleksikan
kemampuan berpikir siswa. Tes esai dapat juga disebut sebagai tes dengan
menggunakan pertanyaan terbuka, di mana dalam tes tersebut siswa diharuskan
menjawab sesuai dengan pengetahuan-pengatahuan yang dimiliki oleh para siswa;
dan jika dilihat dari aspek jawaban yang diberikan oleh siswa, tes esai menurut
Grounlund (1990). Dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu a. Tes esai dengan
jawaban panjang, dan b. tes esai dengan jawaban singkat.
Tes
esai dikatakan dengan jawaban panjang, apabila dalam aplikasi tes memerlukan
jawaban siswa secara luas. Evaluator dalam hal ini, memberikan kesempatan
kepada para siswa atau evaluand untuk memberikan jawaban secara tuntas dan
jelas. Tes esai dikatakan sebagai jawaban terbatas, apabila dalam menjawab para
siswa hanya menguraikan ide-idenya secara singkat dan tepat sesuai dengan spasi
atau ruang yang disediakan oleh para evaluator.
Bentuk
pertanyaan atau item tes esai dapat dikonstruksi dengan menggunakan kata bantu
pertanyaan tertentu yang mengandung unsur singkatan 4 W + 1 H, Where ( di
mana), who (siapa), what (apa), why (mengapa), dan how (bagaimana). Pertanyaan
esai direncanakan secara sistematis untuk mendorong para siswa agar memiliki
kemampuan mengekspresikan ide-ide mereka dengan menggunakan bahasa atau
kata-kata mereka sendiri, menggunakan informasi dari pengetahuan mereka
sendiri, kemudian menuangkannya secara bebas dalam lembaran jawaban yang ada.
A.
MENGONSTRUKSI PERTANYAAN ESAI
Dua
hal penting yang perlu diperhatikan oleh para evaluator untuk meningkatkan mutu
pertanyaan esai sebagai alat pengukur hasil belajar yang kompleks yaitu, a.
Bagaimana mengkonstruksi pertanyaan esai yang mengukur perilaku yang
direncanakan, dan b. bagaimanakah menskor jawaban yang diperoleh dari siswa.
1.
Para guru hendaknya memfokuskan
pertanyaan esai pada materi pembalajaran yang tidak dapat diungkapkan dengan
bentuk tes lain misalnya tes objektif. Faktor yang perlu diperhatikan dalam
proses belajar mengajar yaitu, pembelajaran yang kompleks, organisasi materi,
integrasi penyusunan jawaban, dan ekspresi penuangan ide dari pemikiran siswa
dalam bentuk jawaban soal.
2.
Para guru hendaknya memformulasikan item
pertanyaan yang mengungkap prilaku spesifik yang diperolah dari pengalaman
hasil belajar. Tes yang direncanakan oleh guru, baik tes objektif maupun tes
esai perlu tetap mengukur penilaian tujuan instruksional.
3.
Item-item pertanyaan tes esai sebaiknya
jelas dan tidak menimbulkan kebingungan sehingga para siswa dapat menjawab
dengan tidak ragu-ragu. Menggunakan kata-kata yang spesifik, seperti terangkan,
bandingkan, buktikan, nyatakan dalam kesimpulan, gunakan, dan sebagainya.
4.
Sertakan petunjuk waktu pengarjaan untuk
setiap pertanyaan, agar para siswa dapat memperhitungkan kecepatan berfikir,
menulis, dan menuangkan ide sesuai dengan waktu yang disediakan.
5.
Ketika mengkonsruksi sejumlah pertanyaan
esai, para guru hendaknya menghindari penggunaan pertanyaan pilihan. Pertanyaan
pilihan biasanya terletak pada kalimat instruksi pengerjaan pada awal tes.
Misalnya, “pilih empat soal dari lima soal yang tersedia.” Penggunaan
pertanyaan pilihan dimungkinkan mempengaruhi reliabilitas tes esai yang
direncanakan.
B.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TES ESAI
Dalam proses belajar
mengajar di kelas, tes esai masih banyak digunakan oleh para guru, karena tes
esai memiliki beberapa kelebihan, yakni tes esai dapat digunakan untuk menilai
hal-hal yang berkaitan erat dengan beberapa butir berikut.
a.
Mengukur proses mental para siswa dalam
menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat.
b.
Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab
melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
c.
Mendorong siswa untuk mempelajari,
menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif.
d.
Mendorong siswa untuk berani
mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri.
e.
Mengetahui seberapa jauh siswa telah
memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan
di dalam kelas.
Di
samping beberapa kelebihan yang telah diuraikan di atas, ternyata tes esai juga
memilki beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan oleh seorang guru,
diantaranya sebagai berikut.
a. Dalam
memeriksa jawaban pertanyaan tes esai, ada kecenderungan pengaruh subjektif
yang selalu muncul dalam pribadi seorang guru. Ini terjadi, utamanya ketika
telah terjadi hubungan moral yang tidak baik antara para siswa dan guru.
b. Pertanyaan
esai yang disusun oleh seorang guru atau evaluator cenderung kurang bisa
mencakup seluruh materi yang telah diberikan.
c. Bentuk
pertanyaan yang memiliki arti ganda, sering membuat kesulitan pada siswa
sehingga memunculkan unsur-unsur menerka dan menjawab dengan ragu-ragu,
ditambah lagi aspek mana yang ditekankan juga sukar dipastikan.
C.
MENSKOR TES ESAI
Memberi skor esai dapat dikatakan mudah dan juga dapat
dikatakan sukar. Dikatakan mudah, karena setiap guru pasti merasa bisa menilai
jawaban yang diberikan oleh para siswanya termasuk jawaban yang berasal dari
tes esai, karena dalam pemberian skor pada tes esai tidak ada eksplanasi
penilaian angka secara pasti diberikan. Sebaliknya, sebagian guru juga merasa
sukar dalam memberikan skor pada tes esai, karena banyak faktor selalu muncul
yang sedikit banyak dapat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan pada
penilaian siswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya subjektifitas,
pertimbangan, pengaruh intraksi antara guru dengan para siswa selama dalam
proses belajar mengajar berlangsung. Berikut ini beberapa petunjuk yang dapat
digunakan sebagai acuan para guru untuk mengatasi ketiga faktor di atas. Dalam
pemberian skor esai seorang guru sebaiknya :
1.
Menyusun jawaban kunci untuk setiap
pertanyaan yang mengandung materi penting yang dapat digunakan sebagai acuan
dasar ketika melakukan penilaian.
2.
Menentukan nilai dari setiap pertanyaan
berdasarkan bobot permasalahan, kompleksitas jawaban, dan waktu yang diperlukan
untuk menyelasaikan jawaban.
3.
Memutuskan berapa poin pengurangan skor
penilaian apabila siswa melakukan kesalahan kecil, misalnya kesalahan ejaan,
tanda baca, dan penggunaan kata.
4.
Mengevaluasi satu pertanyaan pada semua
lembar jawaban sebelum pindah ke pertanyaan lainnya.
5.
Guna mengecek kesamaan kualitas jawaban,
kelompokkan lembar jawaban siswa ke dalam tiga sampai lima tumpukan dengan
memperhatikan rangking dari yang tertinggi sampai terrendah dan menempatkan
lembar jawaban siswa ke dalam tumpukan yang ada atas dasar nilai yang dicapai.
6.
Usahakan dalam proses penilaian jawaban
soal tidak melihat nama siswa penjawabnya.
7.
Disarankan untuk sering beristirahat
untuk mencegah kelelahan dan kejenuhan yang dapat mengakibatkan pemberian skor
berubah secara signifikan.
D.
MENGATASI KELAMAHAN TES ESAI
Agar
dapat meminimalkan hal-hal yang membuat lemahnya tes esai, dalam mempersiapkan
soal-soal esai, para guru hendaknya memperhatikan beberapa pertimbangan
berikut.
a.
Menyediakan waktu yang cukup untuk
menyusun pertanyaan dalam setiap soal. Walaupun banyak tanggapan bahwa
mengkonstruksi tes esai adalah sangat mudah, karena setiap guru bisa membuat,
soal-soal esai yang baik pembuatannya memerlikan kecermatan selain dilihat dari
unsur bahasa juga perlu dilihat aspek substansi dari setiap item pertanyaan.
b.
Item pertanyaan yang direncanakan
hendaknya membuat persoalan penting yang telah diajarkan dalam proses belajar
mengajar.
c.
Permasalahan yang hendak dirumuskan
memiliki arti yang dinyatakan secara eksplisit dalam tujuan tujuan
instruksional.
d.
Kata-kata yang digunakan dalam
pertanyaan hendaknya tidak diambil secara langsung dari buku/catatan. Pada guru
atau evaluator dapat memodifikasi atau menggunakan kata lain yang mungkin
artinya sama agar siswa tidak semata-mata menghafal.
e.
Sebaiknya disertai/dilengkapi kunci
jawaban. Membuat kunci jawaban sebaiknya menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam pembuatan pertanyaan esai. Kegagalan membuat jawaban kunci
akan membuat reliabilitas jawab bisa berubah secara signifikan.
f.
Pertanyaan esai yang direncanakan
sebaiknya dibuat berfvariasi dan bisa mencakup unit-unit mata pelajaran yang
telah diajarkan di kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Sukardi.
2008. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasionalnya. Jakarta : Bumi Aksara
BUSUR DERAJAT
Mengukur sudut menggunakan busur derajat
•Untuk mengukur besar sudut digunakan busur
derajat.
•Busur derajat berbentuk setengah lingkaran
(180⁰).
Cara
mengukur:
•Sediakan busur derajat
•Letakkan titik pusat busur derajat pada
titik O, dan A tepat pada angka 0⁰
•Bacalah tepi skala dengan tepat pada kaki
sudut lainnya (OB).
•Terlihat besar sudut AOB (∠AOB) adalah
60⁰.
Langganan:
Postingan (Atom)