Berbicara
sebagai suatu ketrampilan berbahasa
Linguis berkata bahwa
“speaking is language". Berbicara adalah suatu ketrampilan berbahasa yang
berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului oleh ketrampilan menyimak, dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang
tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang
anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kebelum-matangan
dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam
kegiatan-kegiatan berbahasa. Juga perlu kita sadari bahwa keterampilan - keterampilan
yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan
yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keterampilan - keterampilan
berbahasa yang lainnya itu. ( Greene & Petty, 1971 : 39-40).
Untuk memperoleh
gambaran yang lebih jelas maka berikut ini akan kita tinjau secara lebih
terperinici hubungan antara :
a.
Berbicara dengan
menyimak
b.
Berbicara dengan
membaca
c.
Ekspresi lisan dengan
ekspresi tertulis
Tujuan utama dari
berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara
efektif, seyogyanyalah sang pembicara
memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu
mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus
mengetahui prinsip – prinsip yang menyadari segala situasi pembicaraan, baik
secara umum maupun perorangan.
Apakah sebagai alat sosial
(social tool) ataupun sebagai alat perusahaan maupun pofesional (business or profesional
tool), maka pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu :
1.
Memberitahukan dan
melaporkan (to inform)
2.
Menjamu dan menghibur
(to entertain)
3.
Membujuk, mengajak,
mendesak, dan meyakinkan (to persuade)
Metode berbicara
Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau
pemirsa, ataupun waktu untuk persiapan dapat menentukan metode penyajian. Sang
pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang dipilih,
yaitu :
1. Penyampaian secara mendadak (imprompto delivery)
Seseorang yang tidak
terdaftar untuk berbicara mungkin saja dipersilakan berbicara dengan sedikit
atau tanpa peringatan. Oleh karena itu, sedikit mungkin dia hanya mempunyai
waktu ntuk memilih ide pokok sebelum harus mulai berbicara / berpidato secara
mendadak. Dia harus mempergunakan pengalamannya bagi perkembangan dan
penyesuaian yang perlu sebaik dia mulai melangkah maju. Semakin sederhana
dibuat, organisasinya akan semakin baik. Lelucon – lelucon atau insiden –
insiden dari pengalamannya biasanya akan merupakan bahan penunjang yang
terbaik.
2. Penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous delivery)
Sang pembicara yang ingin memanfaatkan keuntungan –
keuntungan penyesuain maksimum pada kesempatan dan penyimak secara langsung,
dapat mempersiapkan diri sepenuhnya sejauh waktu dan bahan mengizinkan. Akan
tetapi, hendaknya dia tidaklah bergantung pada penyampaian khusus ide – idenya.
Dia haruslah mengetahui ide utamanya dan urutan yang mantap dari ide – idenya,
tetapi hendaknya dia memilih bahasa yang tepat sebaik dia bericara. Pengulangan
– pengulangan akan turut mempermudah pilihan tersebut. Pada umumnya, kian
sedikit catatan yang dimuatkan kian baik, sebab catatan –catatan itu turut
menghambat penyajian yang lancar dan bersemangat serta diseling oleh transisi –
transisi yang terjadi. Kalaupun catatan harus dipergunakan, haruslah dibatasi
pada hal –hal yang amat penting dan singkat – singkat, yang ditulis pada kartu
yang terkecil.
3. Penyampaian dari naskah (delivery from manuscript)
Penyampaian dari naskah biasanya dilaksanakan pada saat –
saat yang amat penting dan kerapkali digunakan buat siaran – siaran radio atau
televisi. Sang pembicara haruslah mampu memahami makna yang dibacanya itu dan
memelihara serta mempertahankan hubungan yang erat dengan para pendengar. Dia
seyogyanya memandang pendengarnya sebanyak mungkin dan kepada naskahnya sedikit
mungkin. Dia harus mampu menciptakan pikiran itu setiap kali dia menyajikannya
kepada pendengar, dengan penuh perhatian terhadap responsi para pendengarnya.
4. Penyampaian dari ingatan (deliveri from memory) (Mulgrave,
1954:25)
Keberhasilan
berbicara yang penyampaiannya dari ingatan menuntut sang pembicara menguasai
bahan pembicaraannya selengkap mungkin, sehingga dia tidak
menghadapi masalah dalam hal bahasa dan dapat mencurahkan seluruh perhatian
pada komunikasi langsung dari pikiran dan perasaannya. Akan tetapi, ingatannya
harus juga mengijinkan spontanitas yang serupa pada penyajian tanpa persiapan,
lebih – lebih pada hal yang perlu disisipkan atau diinterpolasi kalau memang
keadaan menghendakinya.
Demikianlah uraian sepintas kilas mengenai cara – cara
penyampaian yang mungkin dipilih oleh seorang pembicara.
Faktor – faktor penentu keberhasilan berbicara
1. Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri
mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang
kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan
dan artikulasi yang digunakan tidak sama. Masing - masing mempunyai
gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok
pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, kalau perbedaan atau perubahan
itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan
komunikasi akan terganggu.
2. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan
durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi
akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang
merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik,
dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan
menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaian datar saja,
dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu
berkurang.
3. Pilihan kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan
bervariasi. Jelas maksudnya mudah
dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang
dan akan lebih paham, kalau kata - kata yang digunakan
sudah kata - kata yang sudah dikenal oleh pendengar.
Misalnya, kata - kata populer tentu akan lebih efektif
daripada kata - kata yang muluk - muluk, dan kata - kata yang berasal
dari bahasa asing. Kata - kata yang belum
dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran
komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih kata - kata yang konkret
sehingga mudah dipahami pendengar. Kata - kata konkret
menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara. Namun, pilihan kata
itu tentu harus kita sesuiakan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa
berbicara (pendengar).
Diksi adalah kemampuan pembicara atau
penulis dalam memilih kata - kata untuk menyusunnya
menjadi rangkaian kalimat yang sesuai dengan keselarasan dari segi konteks.
Orang yang memiliki kemampuan memilih kata adalah
1.
memiliki kosakata
2.
memahami makna kata tersebut,
3.
memahami cara pembentukannya
4.
memahami hubungan-hubungannya,
5.
memahami cara merangkaikan kata menjadi kalimat yang memenuhi
kaidah struktural dan logis.
Pembelajaran Berbicara
1. Pengertian Pembelajaran berbicara
Apa yang dimaksud dengan istilah Pembelajaran? Pembelajaran
adalah proses atau hal mempelajari. Kurikulum 1984, kita temukan istilah
pengalaman belajar. Dalam konsep CBSA (Cara
Belajar Siswa Aktif) sering disinggung aktivitas belajar. Dalam keterampilan proses kita temukan
istilah kegiatan belajar
dan di dalam dilakukan dirasakan murid dalam menguasai suatu bahan
pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran Kurikulum 2003 istilah yang
digunakan standar kompetensi
atau kompetensi dasar. Semua istilah itu mengacu pada pengertian yang sama yaitu pengalaman belajar
yang ialah pengalaman yang dialami murid dalam proses menguasai kompetensi
dasar pembelajaran. Di dalam KTSP dinyatakan bahwa belajar bahasa adalah
belajar berkomunikasi. Pernyataan tersebut
berimplikasi bahwa siapapun yang mempelajari suatu bahasa pada hakikatnya
sedang belajar berkomunikasi. Thompson (2003:1) menyatakan bahwa komunikasi
merupakan fitur mendasar dari
kehidupan sosial dan bahasa merupakan komponen utamanya. Pernyataan tersebut
menyuratkan bahwa kegiatan berkomunikasi tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan
berbahasa. Dalam kegiatan berkomunikasi dengan bahasa, sebagaimana diketahui
meliputi komunikasi lisan dan tulis. Komunikasi lisan terdiri atas keterampilan
menyimak / mendengarkan dan keterampilan berbicara, sedangkan komunikasi tulis terdiri dari
keterampilan membaca dan menulis. Berbicara merupakan salah satu aspek
keterampilan berbahasa. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan
produktif karena dalam perwujudannya keterampilan berbicara menghasilkan berbagai gagasan yang
dapat digunakan untuk
kegiatan berbahasa (berkomunikasi), yakni dalam bentuk lisan dan keterampilan menulis sebagai
keterampilan produktif dalam bentuk tulis. Dua keterampilan lainnya (menyimak
dan membaca) merupakan keterampilan reseptif atau keterampilan yang tertuju pada pemahaman. Siswa
membutuhkan keterampilan berbicara dalam interaksi sosialnya. Siswa akan dapat mengungkapkan pikiran dan perasaanya secara efektif jika ia
terampil berbicara. Dalam kaitan kreativitas,
keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang perlu mendapat perhatian karena
gagasan – gagasan kreatif
dapat dihasilkan melalui keterampilan tersebut. Kemampuan berbicara siswa juga dipengaruhi oleh kemampuan
komunikatif. Menurut Utari dan Nababan (1993)
kemampuan komunikatif adalah pengetahuan
mengenai bentuk - bentuk bahasa dan makna - makna bahasa tersebut,
dan kemampuan untuk menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa. Pengertian ini
dilengkapi oleh Ibrahim (2001) bahwa kemampuan komunikatif adalah kemampuan bertutur dan menggunakan bahasa
sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma - norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya. Kompetensi komunikatif
juga berhubungan dengan kemampuan sosial dan menginterpretasikan bentuk - bentuk linguistik. Para siswa tentu sudah memiliki pengetahuan sebagai
modal dasar dalam bertutur karena ia berada dalam suatu lingkungan sosial yang menuntutnya untuk
paham kode - kode bahasa yang digunakan masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan keterampilan
berbicara, berikut ada ilustrasi. Ketika kita mendengar kata ”berbicara”, pikiran kita tertuju pada
kegiatan ”berpidato”. Padahal,
berpidato hanya merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara. Tampaknya, dalam
menghadapi era globalisasi saat ini keterampilan berbicara perlu terus ditingkatkan sehingga pengguna bahasa
mampu menerapkan keterampilan tersebut untuk
berbagai bidang kehidupan misalnya, berwawancara, berdiskusi, bermain
peran, bernegosiasi, berpendapat, dan bertanya. Untuk itu, dalam dunia pembelajaran para guru
bahasa dituntut untuk dapat
melakukan ”terobosan” sehingga pembelajaran bahasa yang dilaksanakannya dapat memenuhi tuntutan zaman, terutama dalam hal pembelajaran berbicara.
2. Karakteristik Pembelajaran Berbicara
Kegiatan berbicara dapat berlangsung jika setidak - tidaknya ada dua orang yang berinteraksi, atau seorang pembicara menghadapi seorang
lawan bicara. Dengan kemajuan teknologi, kegiatan
berbicara dapat berlangsung tanpa harus terjadi kegiatan tatap muka, misalnya pembicaraan melalui
telepon. Bahkan melalui
layar telepon seluler 3G, tanpa bertemu langsung dua orang yang sedang berbicara dapat saling
melihat. Kegiatan berbicara yang bermakna juga dapat terjadi jika salah satu pembicara memerlukan informasi
baru atau ingin menyampaikan
informasi penting kepada orang lain. Berikut disajikan sejumlah karakteristik yang harus ada dalam
kegiatan pembelajaran berbicara antara lain:
a. harus ada lawan bicara
b. penguasaan lafal, struktur, dan kosa kata
c. ada tema / topik yang dibicarakan
d. ada informasi yang ingin disampaikan atau sebaliknya
ditanyakan
e. memperhatikan situasi dan kontek
3. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbicara
Pemilihan bahan pembelajaran berbicara bergantung pada jenis
keterampilan berbicara yang akan dikembangkan
dalam diri siswa. Kegiatan pembelajaran berbicara meliputi: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya,
menjawab pertanyaan, bercerita (menceritakan
pengalaman, buku / cerita yang pernah didengarkan / dibaca), berpendapat dalam diskusi kelompok, memberi
petunjuk, bermain peran, mewawancarai. Jika kegiatan pembelajaran berupa
berwawancara, berarti tujuan pembelajarannya
adalah siswa dapat memperoleh informasi baru dari narasumber. Bahan atau sumber
yang digunakan adalah nara sumber yang sesuai dengan informasi yang ingin digali. Jika kegiatan
pembelajaran berupa memberi petunjuk,
bahan ajarnya tentu tentang petunjuk apa, apakah petunjuk penggunaan sesuatu, pembuatan
sesuatu, atau petunjuk arah / denah, maka harus dicarikan bahan atau materi
yang sesuai. Jadi, kriteria pemilihan bahan atau materi adalah:
a. sesuai dengan jenis keterampilan berbicara yang akan
dilatihkan;
b. bervariasi sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar
yangberagam;
c.
dapat mengembangkan kosakata sehingga keterampilan berbicara tidak menjemukan;
d.
memberikan contoh ketepatan ucapan, prononsiasi, dan intonasi sehingga siswa mampu berbicara dengan jelas
e. dapat mengembangkan wawasan yang lebih luas;
f. topik kegiatan berbicara harus aktual ( tengah menjadi
sorotan publik)
g. bahan diorganisasi secara sistematis dengan mengikuti
prinsip-prinsippembelajaran (dari yang mudah ke yang sukar, dari yang dekat ke
yang jauh, dari yang dikenal ke yang tidak dikenal, dari yang sederhana ke
yangkompleks);
h. kegiatan pembelajaran dikemas yang menarik, kadang
dilakukan di luarkelas (pembelajaran tidak selalu dibatasi empat dinding
kelas).
i.
menggunakan metode dan teknik yang dapat menumbuhkan minat siswa belajar dan tertarik dengan
pembelajaran bahasa;
j.
memilih sumber dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan pikiran -pikiran kritis dan kreatif.
Pemilihan materi pembelajaran berbicara seharusnya sesuai
dengan butir – butir materi
yang telah digariskan di dalam standar isi. Selain itu, pemilihan
materi juga disesuaikan dengan tingkat kelas, keadaan siswa, situasi dan
kondisi yang melingkupinya serta kompetensi dasar
yang harus dicapai pada setiap tingkat. Di samping
itu, pemilihan materi harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa dan kecakapan hidup
4. Metode Pembelajaran Berbicara
Metode pembelajaran adalah cara menyampaikan pembelajaran
atau pengalaman belajar kepada siswa.
Metode merupakan sarana untuk mewujudkan
pengalaman belajar yang telah dirancang (Tarigan, 1980:260). Pembelajaran berbicara harus
berorientasi pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan pemakaiannya. Berdasarkan hal tersebut,
pembelajaran berbicara di kelas semestinya
diarahkan untuk membuat dan mendorong siswamampu mengemukakan pendapat,
bercerita, melakukan wawancara, berdiskusi,
bertanya jawab, dan berpidato dan sebagainya. Metode pengajaran yang selama ini kita ketahui adalah
ceramah, tanya jawab, demonstrasi,
penugasan, diskusi, karyawisata, dan sosiodrama. Namun, untuk mengembangkan kemampuan menggunakan
bahasa, diperlukan metode pembelajaran
berbicara yang sesuai, yang menekankan pada siswa aktif atau berpusat pada siswa. Oleh karena
itu, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas harus banyak kegiatan siswa berlatih atau praktik berbicara
sehingga diketahui kemajuan
kemampuan berbicaranya. Untuk
menentukan metode mana yang cocok dalam mengembangkan kemampuan berbicara, guru harus
mengacu pada kurikulum (Standar Isi). Semua kompetensi dasar berbicara pada kurikulum harus
dilihat, dicocokkan dengan
metode dan model pembelajarannya. Jika metode yang dipilih sesuai dan benar - benar dapat mengembangkan keterampilan berbicara setiap
siswa, maka pembelajaran berbicara akan
disukai siswa. Apalagi jika guru dapat memvariasikan kegiatan (tidak monoton) dan pengelolaan
kelas, diharapkan siswa
lebih termotivasi untuk terus berlatih berbicara.
Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran yang dapat
diterapkan di sekolah dasar antara lain : lihat – ucap, deskripsi, menjawab pertanyaan, bertanya untuk
menggali, melanjutkan, menceritakan kembali,
bercakap-cakap, parafhrase, menerka cerita gambar,
bercerita, melaporkan, bermain peran, wawancara, diskusi, bertelepon,
dramatisasi.
Daftar Pustaka :
q Tarigan, Henry Guntur. 2008.Menyimak sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa.Bandung.IKIP Bandung.
q No name, FAKTOR
– FAKTOR PENUNJANG KEEFEKTIFAN BERBICARA, diambil dari http://unhaki.blogspot.com/2011/05/2.html,
pada
tanggal 3 Februari 2012
q Mutiny
dan Salamat Purba, Pengertian Pembelajaran berbicara, diambil dari http://www.scribd.com/doc/27898415/13/Pengertian-Pembelajaran-berbicara,
pada tanggal 3 Februari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar