Selasa, 28 Mei 2013

Berbicara sebagai suatu ketrampilan berbahasa


Berbicara sebagai suatu ketrampilan berbahasa

Linguis berkata bahwa “speaking is language". Berbicara adalah suatu ketrampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang hanya didahului  oleh ketrampilan menyimak, dan pada masa tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Berbicara sudah barang tentu erat berhubungan dengan perkembangan kosa kata yang diperoleh oleh sang anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Kebelum-matangan dalam perkembangan bahasa juga merupakan suatu keterlambatan dalam kegiatan-kegiatan berbahasa. Juga perlu kita sadari bahwa keterampilan - keterampilan yang diperlukan bagi kegiatan berbicara yang efektif banyak persamaannya dengan yang dibutuhkan bagi komunikasi efektif dalam keterampilan - keterampilan berbahasa yang lainnya itu. ( Greene & Petty, 1971 : 39-40).
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas maka berikut ini akan kita tinjau secara lebih terperinici hubungan antara :
a.       Berbicara dengan menyimak
b.      Berbicara dengan membaca
c.       Ekspresi lisan dengan ekspresi tertulis
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif,  seyogyanyalah sang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan. Dia harus mampu mengevaluasi efek komunikasinya terhadap (para) pendengarnya dan harus mengetahui prinsip – prinsip yang menyadari segala situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.
Apakah sebagai alat sosial (social tool) ataupun sebagai alat perusahaan maupun pofesional (business or profesional tool), maka pada dasarnya berbicara mempunyai tiga maksud umum, yaitu :

1.      Memberitahukan dan melaporkan (to inform)
2.      Menjamu dan menghibur (to entertain)
3.      Membujuk, mengajak, mendesak, dan meyakinkan (to persuade)
 
Metode berbicara

       Maksud dan tujuan pembicaraan, kesempatan, pendengar atau pemirsa, ataupun waktu untuk persiapan dapat menentukan metode penyajian. Sang pembicara sendiri dapat menentukan yang terbaik dari empat metode yang dipilih, yaitu :
1.      Penyampaian secara mendadak (imprompto delivery)
       Seseorang  yang tidak terdaftar untuk berbicara mungkin saja dipersilakan berbicara dengan sedikit atau tanpa peringatan. Oleh karena itu, sedikit mungkin dia hanya mempunyai waktu ntuk memilih ide pokok sebelum harus mulai berbicara / berpidato secara mendadak. Dia harus mempergunakan pengalamannya bagi perkembangan dan penyesuaian yang perlu sebaik dia mulai melangkah maju. Semakin sederhana dibuat, organisasinya akan semakin baik. Lelucon – lelucon atau insiden – insiden dari pengalamannya biasanya akan merupakan bahan penunjang yang terbaik.

2.      Penyampaian tanpa persiapan (extemporaneous delivery)
       Sang pembicara yang ingin memanfaatkan keuntungan – keuntungan penyesuain maksimum pada kesempatan dan penyimak secara langsung, dapat mempersiapkan diri sepenuhnya sejauh waktu dan bahan mengizinkan. Akan tetapi, hendaknya dia tidaklah bergantung pada penyampaian khusus ide – idenya. Dia haruslah mengetahui ide utamanya dan urutan yang mantap dari ide – idenya, tetapi hendaknya dia memilih bahasa yang tepat sebaik dia bericara. Pengulangan – pengulangan akan turut mempermudah pilihan tersebut. Pada umumnya, kian sedikit catatan yang dimuatkan kian baik, sebab catatan –catatan itu turut menghambat penyajian yang lancar dan bersemangat serta diseling oleh transisi – transisi yang terjadi. Kalaupun catatan harus dipergunakan, haruslah dibatasi pada hal –hal yang amat penting dan singkat – singkat, yang ditulis pada kartu yang terkecil.

3.      Penyampaian dari naskah (delivery from manuscript)
       Penyampaian dari naskah biasanya dilaksanakan pada saat – saat yang amat penting dan kerapkali digunakan buat siaran – siaran radio atau televisi. Sang pembicara haruslah mampu memahami makna yang dibacanya itu dan memelihara serta mempertahankan hubungan yang erat dengan para pendengar. Dia seyogyanya memandang pendengarnya sebanyak mungkin dan kepada naskahnya sedikit mungkin. Dia harus mampu menciptakan pikiran itu setiap kali dia menyajikannya kepada pendengar, dengan penuh perhatian terhadap responsi para pendengarnya.

4.      Penyampaian dari ingatan (deliveri from memory) (Mulgrave, 1954:25)
       Keberhasilan berbicara yang penyampaiannya dari ingatan menuntut sang pembicara menguasai bahan pembicaraannya selengkap mungkin, sehingga dia tidak menghadapi masalah dalam hal bahasa dan dapat mencurahkan seluruh perhatian pada komunikasi langsung dari pikiran dan perasaannya. Akan tetapi, ingatannya harus juga mengijinkan spontanitas yang serupa pada penyajian tanpa persiapan, lebih – lebih pada hal yang perlu disisipkan atau diinterpolasi kalau memang keadaan menghendakinya.
Demikianlah uraian sepintas kilas mengenai cara – cara penyampaian yang mungkin dipilih oleh seorang pembicara.

Faktor – faktor penentu keberhasilan berbicara

         1. Ketepatan ucapan
Seorang pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara tepat. Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat, dapat mengalihkan perhatian pendengar. Sudah tentu pola ucapan dan artikulasi yang digunakan tidak sama. Masing - masing mempunyai gaya tersendiri dan gaya bahasa yang dipakai berubah-ubah sesuai dengan pokok pembicaraan, perasaan, dan sasaran. Akan tetapi, kalau perbedaan atau perubahan itu terlalu mencolok, sehingga menjadi suatu penyimpangan, maka keefektifan komunikasi akan terganggu.

         2. Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai
Kesesuaian tekanan, nada, sendi, dan durasi akan merupakan daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan faktor penentu. Walaupun masalah yang dibicarakan kurang menarik, dengan penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya jika penyampaian datar saja, dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan berbicara tentu berkurang.
 
         3. Pilihan kata (Diksi)
Pilihan kata hendaknya tepat, jelas, dan bervariasi. Jelas maksudnya mudah dimengerti oleh pendengar yang menjadi sasaran. Pendengar akan lebih terangsang dan akan lebih paham, kalau kata - kata yang digunakan sudah kata - kata yang sudah dikenal oleh pendengar. Misalnya, kata - kata populer tentu akan lebih efektif daripada kata - kata yang muluk - muluk, dan kata - kata yang berasal dari bahasa asing. Kata - kata yang belum dikenal memang membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran komunikasi. Selain itu, hendaknya dipilih kata - kata yang konkret sehingga mudah dipahami pendengar. Kata - kata konkret menunjukkan aktivitas akan lebih mudah dipahami pembicara. Namun, pilihan kata itu tentu harus kita sesuiakan dengan pokok pembicaraan dan dengan siapa berbicara (pendengar).
Diksi adalah kemampuan pembicara atau penulis dalam memilih kata - kata untuk menyusunnya menjadi rangkaian kalimat yang sesuai dengan keselarasan dari segi konteks. Orang yang memiliki kemampuan memilih kata adalah
1.      memiliki kosakata
2.      memahami makna kata tersebut,
3.      memahami cara pembentukannya
4.      memahami hubungan-hubungannya,
5.     memahami cara merangkaikan kata menjadi kalimat yang memenuhi kaidah struktural dan logis.

Pembelajaran Berbicara

1. Pengertian Pembelajaran berbicara

Apa yang dimaksud dengan istilah Pembelajaran? Pembelajaran adalah proses atau hal mempelajari. Kurikulum 1984, kita temukan istilah pengalaman belajar. Dalam konsep CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) sering disinggung aktivitas belajar. Dalam keterampilan proses kita temukan istilah kegiatan belajar dan di dalam dilakukan dirasakan murid dalam menguasai suatu bahan pembelajaran. Dengan kata lain pembelajaran Kurikulum 2003 istilah yang digunakan standar kompetensi atau kompetensi dasar. Semua istilah itu mengacu pada pengertian yang sama yaitu pengalaman belajar yang ialah pengalaman yang dialami murid dalam proses menguasai kompetensi dasar pembelajaran. Di dalam KTSP dinyatakan bahwa belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Pernyataan tersebut berimplikasi bahwa siapapun yang mempelajari suatu bahasa pada hakikatnya sedang belajar berkomunikasi. Thompson (2003:1) menyatakan bahwa komunikasi merupakan fitur mendasar dari kehidupan sosial dan bahasa merupakan komponen utamanya. Pernyataan tersebut menyuratkan bahwa kegiatan berkomunikasi tidak bisa dilepaskan dengan kegiatan berbahasa. Dalam kegiatan berkomunikasi dengan bahasa, sebagaimana diketahui meliputi komunikasi lisan dan tulis. Komunikasi lisan terdiri atas keterampilan menyimak / mendengarkan dan keterampilan berbicara, sedangkan komunikasi tulis terdiri dari keterampilan membaca dan menulis. Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan berbicara merupakan keterampilan produktif karena dalam perwujudannya keterampilan berbicara menghasilkan berbagai gagasan yang dapat digunakan untuk kegiatan berbahasa (berkomunikasi), yakni dalam bentuk lisan dan keterampilan menulis sebagai keterampilan produktif dalam bentuk tulis. Dua keterampilan lainnya (menyimak dan membaca) merupakan keterampilan reseptif atau keterampilan yang tertuju pada pemahaman. Siswa membutuhkan keterampilan berbicara dalam interaksi sosialnya. Siswa akan dapat mengungkapkan pikiran dan perasaanya secara efektif jika ia terampil berbicara. Dalam kaitan kreativitas, keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan yang perlu mendapat perhatian karena gagasan gagasan kreatif dapat dihasilkan melalui keterampilan tersebut. Kemampuan berbicara siswa juga dipengaruhi oleh kemampuan komunikatif. Menurut Utari dan Nababan (1993) kemampuan komunikatif adalah pengetahuan mengenai bentuk - bentuk bahasa dan makna - makna bahasa tersebut, dan kemampuan untuk menggunakannya pada saat kapan dan kepada siapa. Pengertian ini dilengkapi oleh Ibrahim (2001) bahwa kemampuan komunikatif adalah kemampuan bertutur dan menggunakan bahasa sesuai dengan fungsi, situasi, serta norma - norma berbahasa dalam masyarakat yang sebenarnya. Kompetensi komunikatif juga berhubungan dengan kemampuan sosial dan menginterpretasikan bentuk - bentuk linguistik. Para siswa tentu sudah memiliki pengetahuan sebagai modal dasar dalam bertutur karena ia berada dalam suatu lingkungan sosial yang menuntutnya untuk paham kode - kode bahasa yang digunakan masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan keterampilan berbicara, berikut ada ilustrasi. Ketika kita mendengar kata ”berbicara”, pikiran kita tertuju pada kegiatan ”berpidato”. Padahal, berpidato hanya merupakan salah satu bagian dari keterampilan berbicara. Tampaknya, dalam menghadapi era globalisasi saat ini keterampilan berbicara perlu terus ditingkatkan sehingga pengguna bahasa mampu menerapkan keterampilan tersebut untuk berbagai bidang kehidupan misalnya, berwawancara, berdiskusi, bermain peran, bernegosiasi, berpendapat, dan bertanya. Untuk itu, dalam dunia pembelajaran para guru bahasa dituntut untuk dapat melakukan ”terobosan” sehingga pembelajaran bahasa yang dilaksanakannya dapat memenuhi tuntutan zaman, terutama dalam hal pembelajaran berbicara.


2. Karakteristik Pembelajaran Berbicara

Kegiatan berbicara dapat berlangsung jika setidak - tidaknya ada dua orang yang berinteraksi, atau seorang pembicara menghadapi seorang lawan bicara. Dengan kemajuan teknologi, kegiatan berbicara dapat berlangsung tanpa harus terjadi kegiatan tatap muka, misalnya pembicaraan melalui telepon. Bahkan melalui layar telepon seluler 3G, tanpa bertemu langsung dua orang yang sedang berbicara dapat saling melihat. Kegiatan berbicara yang bermakna juga dapat terjadi jika salah satu pembicara memerlukan informasi baru atau ingin menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Berikut disajikan sejumlah karakteristik yang harus ada dalam kegiatan pembelajaran berbicara antara lain:
a. harus ada lawan bicara
b. penguasaan lafal, struktur, dan kosa kata                                   
c. ada tema / topik yang dibicarakan
d. ada informasi yang ingin disampaikan atau sebaliknya ditanyakan
e. memperhatikan situasi dan kontek

3. Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbicara

Pemilihan bahan pembelajaran berbicara bergantung pada jenis keterampilan berbicara yang akan dikembangkan dalam diri siswa. Kegiatan pembelajaran berbicara meliputi: menyapa, memperkenalkan diri, bertanya, menjawab pertanyaan, bercerita (menceritakan pengalaman, buku / cerita yang pernah didengarkan / dibaca), berpendapat dalam diskusi kelompok, memberi petunjuk, bermain peran, mewawancarai. Jika kegiatan pembelajaran berupa berwawancara, berarti tujuan pembelajarannya adalah siswa dapat memperoleh informasi baru dari narasumber. Bahan atau sumber yang digunakan adalah nara sumber yang sesuai dengan informasi yang ingin digali. Jika kegiatan pembelajaran berupa memberi petunjuk, bahan ajarnya tentu tentang petunjuk apa, apakah petunjuk penggunaan sesuatu, pembuatan sesuatu, atau petunjuk arah / denah, maka harus dicarikan bahan atau materi yang sesuai. Jadi, kriteria pemilihan bahan atau materi adalah:
a. sesuai dengan jenis keterampilan berbicara yang akan dilatihkan;
b. bervariasi sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yangberagam;
c. dapat mengembangkan kosakata sehingga keterampilan berbicara tidak menjemukan;
d. memberikan contoh ketepatan ucapan, prononsiasi, dan intonasi sehingga siswa mampu berbicara dengan jelas
e. dapat mengembangkan wawasan yang lebih luas;
f. topik kegiatan berbicara harus aktual ( tengah menjadi sorotan publik)
g. bahan diorganisasi secara sistematis dengan mengikuti prinsip-prinsippembelajaran (dari yang mudah ke yang sukar, dari yang dekat ke yang jauh, dari yang dikenal ke yang tidak dikenal, dari yang sederhana ke yangkompleks);
h. kegiatan pembelajaran dikemas yang menarik, kadang dilakukan di luarkelas (pembelajaran tidak selalu dibatasi empat dinding kelas).
i. menggunakan metode dan teknik yang dapat menumbuhkan minat siswa belajar dan tertarik dengan pembelajaran bahasa;
 j. memilih sumber dan media pembelajaran yang dapat menumbuhkan pikiran -pikiran kritis dan kreatif.
Pemilihan materi pembelajaran berbicara seharusnya sesuai dengan butir butir materi yang telah digariskan di dalam standar isi. Selain itu, pemilihan materi juga disesuaikan dengan tingkat kelas, keadaan siswa, situasi dan kondisi yang melingkupinya serta kompetensi dasar yang harus dicapai pada setiap tingkat. Di samping itu, pemilihan materi harus dikaitkan dengan kehidupan nyata siswa dan kecakapan hidup

4. Metode Pembelajaran Berbicara 

Metode pembelajaran adalah cara menyampaikan pembelajaran atau pengalaman belajar kepada siswa. Metode merupakan sarana untuk mewujudkan pengalaman belajar yang telah dirancang (Tarigan, 1980:260). Pembelajaran berbicara harus berorientasi pada aspek penggunaan bahasa, bukan pada aturan pemakaiannya. Berdasarkan hal tersebut, pembelajaran berbicara di kelas semestinya diarahkan untuk membuat dan mendorong siswamampu mengemukakan pendapat, bercerita, melakukan wawancara, berdiskusi, bertanya jawab, dan berpidato dan sebagainya. Metode pengajaran yang selama ini kita ketahui adalah ceramah, tanya jawab, demonstrasi, penugasan, diskusi, karyawisata, dan sosiodrama. Namun, untuk mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa, diperlukan metode pembelajaran berbicara yang sesuai, yang menekankan pada siswa aktif atau berpusat pada siswa. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas harus banyak kegiatan siswa berlatih atau praktik berbicara sehingga diketahui kemajuan kemampuan berbicaranya. Untuk menentukan metode mana yang cocok dalam mengembangkan kemampuan berbicara, guru harus mengacu pada kurikulum (Standar Isi). Semua kompetensi dasar berbicara pada kurikulum harus dilihat, dicocokkan dengan metode dan model pembelajarannya. Jika metode yang dipilih sesuai dan benar - benar dapat mengembangkan keterampilan berbicara setiap siswa, maka pembelajaran berbicara akan disukai siswa. Apalagi jika guru dapat memvariasikan kegiatan (tidak monoton) dan pengelolaan kelas, diharapkan siswa lebih termotivasi untuk terus berlatih berbicara.
Berikut ini adalah beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan di sekolah dasar antara lain : lihat – ucap, deskripsi, menjawab pertanyaan, bertanya untuk menggali, melanjutkan, menceritakan kembali, bercakap-cakap, parafhrase, menerka cerita gambar, bercerita, melaporkan, bermain peran, wawancara, diskusi, bertelepon, dramatisasi.

Daftar Pustaka :
q  Tarigan, Henry Guntur. 2008.Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung.IKIP Bandung.
q  No name, FAKTOR – FAKTOR PENUNJANG KEEFEKTIFAN BERBICARA, diambil dari http://unhaki.blogspot.com/2011/05/2.html, pada tanggal 3 Februari 2012
q  Mutiny dan Salamat Purba, Pengertian Pembelajaran berbicara, diambil dari http://www.scribd.com/doc/27898415/13/Pengertian-Pembelajaran-berbicara, pada tanggal 3 Februari 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar