Contoh Tentang Deskripsi Sebuah Tempat
KAMAR KOS UTARA SELOKAN MATARAM
Lantai
dua kamar paling pojok dari anak tangga. Benar, ini dia kamar yang manjadi
tujuanku. Tanda pengenalnya tertera di jendela dan pintu yang berhiaskan
lampion warna ungu. Tepat di depan pintu itu, ada sebuah sepatu merk “nort
star” berwarna ungu dengan ukuran 38 yang biasanya dipakai di kampus dan di sebelah
kanan pintu, di bawah jendela beberapa alas kaki yang tertata rapi di rak
sepatu. Mungkin aku datang terlalu cepat dari jadwal yang direncanakan karena
itu aku harus sabar menunggu si penghuni kamar pulang. Di tengah penantianku
kulihat ke arah atas, sebuah langit-langit yang terpasang sudah diganti dengan yang
baru nampak dari warna yang masih bersih dan terpasang dengan rapi membuat aku
terkesan dengan fasilitas yang diberikan oleh pemilik tempat ini. Sebuah tempat
kos-kosan yang beralamatkan di daerah Seturan, Yogyakarta tersebut rasanya
seperti sedang berada di wiswa Kaliurang yang beberapa minggu lalu ku kunjungi.
Sepuluh
menit berselang seorang gadis nan cantik berhidung mancung berjalan ke arah
kamar tersebut karena dia sang penghuni kamar berukuran 4 x 4 meter ini. Tak
lama kemudian aku dipersilahkan masuk, kulihat sebuah kamar yang rapi dan
bersih membuatku terkagum-kagum, jauh lebih baik dari pada kamarku yang seperti
kapal pecah. Kamar ini beralaskan karpet warna coklat bergambar koala hewan
khas benua Australia dan dinding berwarna hijau pupus. Harum bunga mawar kucium
setelah beberapa detik aku masuk ke dalam kamar ini, rupanya sang pemilik kamar
memasang pengharum ruangan di sebelah jendela yang bertraliskan warna silver
dan bergorden hijau. “Aku keluar sebentar ya! cari makanan buat kita” kata
Dewi. “Ah…tidak usah repot-repot” jawabku, namun dia tersenyum dan berlalu
begitu saja.
Sambil
menunggunya, aku duduk di sebuah kursi dimana kursi ini adalah kursi
satu-satunya dalam kamar tersebut. Di sebelah kursi ini terdapat papan tidur
lengkap dengan kasur, bantal, guling dan selimut. Di balik pintu bergelantungan
sebuah celana panjang, tas dan baju batik berwarna coklat. Terdapat pula sebuah
meja belajar lengkap dengan laptop merk
hp, modem dan seperangkat printer. Dalam meja itu terlihat jelas buku pelajaran
agama dan sebuah artikel tulisan tangan. Pasti siang tadi sepulang kuliah dia
mengerjakan tugas agama karena sore nanti akan dikumpulkan, pikirku.
Aku
bosan duduk di kursi yang terasa keras ini lalu aku berdiri dan melihat foto
yang terpajang di atas lemari built-in berpintu tiga yang terletak di pojok
kamar. Di atas lemari itu juga terdapat setumpuk buku-buku kuliah, gulungan
kertas asturo, kaca dan botol kosong bekas kosmetik. Dewi memang anak yang
religius nampak di dinding kamar di atas pintu terpasang sebuah salib yang sempat
tak kulihat sebelumnya.
Beberapa
saat kemudian Dewi kembali dengan membawa kantong plastik. Ternyata dalam
lemari built-in tersebut tidak hanya untuk menyimpan pakaiannya saja tetapi
peralatan makan juga disimpan di tempat itu, terlihat saat Dewi mengambil
piring dan gelas. Karena siang itu mendung, lampu neon yang berada di tengah
langit-lagit pun dinyalakan sehingga dalam ruangan ini menjadi terang. Setelah
kurang lebih satu jam terlibat percakapan, akhirnya kebosanan mulai melanda
kami. Kami pun keluar dan melanjutkan percakapan sembari duduk-duduk di pinggir
sungai Selokan Mataram yang letaknya kurang lebih hanya 100 meter dari
kos-kosan Dewi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar