Selasa, 21 Mei 2013

Contoh Tentang Deskripsi Sebuah Tempat



Contoh Tentang Deskripsi Sebuah Tempat 

KAMAR KOS UTARA SELOKAN MATARAM

Lantai dua kamar paling pojok dari anak tangga. Benar, ini dia kamar yang manjadi tujuanku. Tanda pengenalnya tertera di jendela dan pintu yang berhiaskan lampion warna ungu. Tepat di depan pintu itu, ada sebuah sepatu merk “nort star” berwarna ungu dengan ukuran 38 yang biasanya dipakai di kampus dan di sebelah kanan pintu, di bawah jendela beberapa alas kaki yang tertata rapi di rak sepatu. Mungkin aku datang terlalu cepat dari jadwal yang direncanakan karena itu aku harus sabar menunggu si penghuni kamar pulang. Di tengah penantianku kulihat ke arah atas, sebuah langit-langit yang terpasang sudah diganti dengan yang baru nampak dari warna yang masih bersih dan terpasang dengan rapi membuat aku terkesan dengan fasilitas yang diberikan oleh pemilik tempat ini. Sebuah tempat kos-kosan yang beralamatkan di daerah Seturan, Yogyakarta tersebut rasanya seperti sedang berada di wiswa Kaliurang yang beberapa minggu lalu ku kunjungi.
Sepuluh menit berselang seorang gadis nan cantik berhidung mancung berjalan ke arah kamar tersebut karena dia sang penghuni kamar berukuran 4 x 4 meter ini. Tak lama kemudian aku dipersilahkan masuk, kulihat sebuah kamar yang rapi dan bersih membuatku terkagum-kagum, jauh lebih baik dari pada kamarku yang seperti kapal pecah. Kamar ini beralaskan karpet warna coklat bergambar koala hewan khas benua Australia dan dinding berwarna hijau pupus. Harum bunga mawar kucium setelah beberapa detik aku masuk ke dalam kamar ini, rupanya sang pemilik kamar memasang pengharum ruangan di sebelah jendela yang bertraliskan warna silver dan bergorden hijau. “Aku keluar sebentar ya! cari makanan buat kita” kata Dewi. “Ah…tidak usah repot-repot” jawabku, namun dia tersenyum dan berlalu begitu saja.
Sambil menunggunya, aku duduk di sebuah kursi dimana kursi ini adalah kursi satu-satunya dalam kamar tersebut. Di sebelah kursi ini terdapat papan tidur lengkap dengan kasur, bantal, guling dan selimut. Di balik pintu bergelantungan sebuah celana panjang, tas dan baju batik berwarna coklat. Terdapat pula sebuah meja belajar lengkap dengan  laptop merk hp, modem dan seperangkat printer. Dalam meja itu terlihat jelas buku pelajaran agama dan sebuah artikel tulisan tangan. Pasti siang tadi sepulang kuliah dia mengerjakan tugas agama karena sore nanti akan dikumpulkan, pikirku.
Aku bosan duduk di kursi yang terasa keras ini lalu aku berdiri dan melihat foto yang terpajang di atas lemari built-in berpintu tiga yang terletak di pojok kamar. Di atas lemari itu juga terdapat setumpuk buku-buku kuliah, gulungan kertas asturo, kaca dan botol kosong bekas kosmetik. Dewi memang anak yang religius nampak di dinding kamar di atas pintu terpasang sebuah salib yang sempat tak kulihat sebelumnya.  
Beberapa saat kemudian Dewi kembali dengan membawa kantong plastik. Ternyata dalam lemari built-in tersebut tidak hanya untuk menyimpan pakaiannya saja tetapi peralatan makan juga disimpan di tempat itu, terlihat saat Dewi mengambil piring dan gelas. Karena siang itu mendung, lampu neon yang berada di tengah langit-lagit pun dinyalakan sehingga dalam ruangan ini menjadi terang. Setelah kurang lebih satu jam terlibat percakapan, akhirnya kebosanan mulai melanda kami. Kami pun keluar dan melanjutkan percakapan sembari duduk-duduk di pinggir sungai Selokan Mataram yang letaknya kurang lebih hanya 100 meter dari kos-kosan Dewi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar